Kamis, 11 Oktober 2018

Mempersiapkan dan Membina Pernikahan


Tuhan menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan. Manusia laki-laki dan perempuan itu saling melengkapi dan saling membutuhkan satu sama lain,  sehingga mereka mengikatkan diri dalam suatu ikatan yang sakral yang disebut pernikahan. Ikatan pernikahan ini merupakan janji cinta antara laki-laki dan perempuan yang sama-sama telah dewasa. Pernikahan menyatukan dua manusia dewasa laki-laki dan perempuan untuk membentuk rumah tangga yang saling melengkapi, tolong menolong, saling memberi dan menerima cinta yang sehat, memberi kesempatan yang unik bagi pria dan wanita untuk mengembangkan diri serta peran sosialnya masing-masing baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Mengenal Cinta Sejati








Dasar pernikahan yang kokoh yaitu cinta sejati.  Ciri-ciri cinta
sejati antara lain:
·        Tanpa pamrih, mencintai pasangannya tanpa ada maksud tertentu untuk kepentingannya sendiri.

·        Bersedia berkorban,  kesediaan menanggung resiko beban pernikahan untuk kepentingan bersama.

·        Saling memberi dan menerima cinta dengan senang hati,  tanpa banyak menuntut.

·        Merelakan pasangannya memiliki kebebasan untuk berkembang, menikmati minatnya, dan mengembangkan kepribadiannya.

·        Menerima pribadi pasangannya sebagaimana adanya,  tanpa menuntut pasangannya untuk berubah.

·        Menerima tanggung jawab dalam suka maupun duka, pada
setiap masalah yang dihadapi dalam pernikahan.


Memilih Pasangan Hidup
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup diantaranya:
·        Faktor agama.  Diharapkan calon pasangan memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang  Maha Esa,  karena hal ini mekanisasi kekikiran dalam pernikahan.

·        Faktor kepribadian. Kepribadian yang matang dan bertanggung jawab, yang ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri dan dapat memberi dan menerima kasih sayang.

·        Faktor kesehatan jiwa. Dilihat dari emosinya yang stabil, antara lain cukup tenang, tidak mengalami ketergantungan zat adiktif, minuman keras, rokok, dan tidak sering berganti pekerjaan. Ia memiliki identitas yang sehat sebagai pria atau wanita.

·        Faktor kesehatan jasmani. Beberapa penyakit yang perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh dalam kelangsungan keluarga yang harmonis diantaranya penyakit yang sifatnya menahun (misalnya TBC kronis), epilepsi, dan penuakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seks seperti AIDS,  HIV, sifilis.

·        Faktor umur.  Sebaiknya usia suami lebih tua daripada istri dengan perbedaan 3-6 tahun. Suami yang bih tia akan mempunyai tanggung jawab dan akan lebih dihormati istrinya. Usia yang baik bagi wanita untuk menikah 20-25 tahun, dan bagi laki-laki 25-40 tahun.

·        Faktor ekonomi. Ekonomi sering menjadi penghalang dalam hidup berkeluarga, meskipun bukan yang utama. Yang utama dirimu ialah kesiapan untuk bekerja mencari nafkah.

·        Faktor pendidikan. Yang utama dirimu bukan latar belakang pendidikan formal atau gelarnya. Tetapi memilih pasangan yang tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda.

·        Faktor sosial-budaya. Perbedaan sosial budaya sering menimbulkan prasangka dan kesalahan pajakan. Oleh karena itu dibutuhkan kematangan kepribadian agar cepat menyesuaikan diri sehingga dapat menjadi saling pengertian.

·        Faktor latar belakang keluarga. Latar belaksng keluarga penting untuk diketahui setiap pasangan terutama dalam keharmonisan orang tua dan pengalaman masa anak-anak.  Pasangan dari keluarga yang bahagia memberi peluang yang besar untuk membina pernikahan yang bahagia juga.  Pengalaman dimasa anak-anak dapat mempengaruhi kestabilan emosinya.
Syarat Kedewasaan dalam Pernikahan
1.     Dewasa secara jasmani
Seseorang dikatakan dewasa secara jasmani saat ia berada dalam masa ‘akil baligh’.

2.     Dewasa secara kejiwaan
Seseorang dikatakan telah dewasa secara kejiwaan jika ia telah mampu mengembangkan segenap potensi kejiwaannys seperti pikiran, emosi, dan kejiwaannys secara serasi dan seimbang sehingga ia mampu menghadapi berbagai persoalan hidup.

3.     Dewasa secara sosial
Seseorang dikatakan dewasa secara sosial jika ia telah hidup mandiri, tidak bergantung secara sosial-ekonomis pada orang tuanya dan dapat menyesuaikan diri terhadap kaidah,  nilai,  dan norma yang berlaku di masyarakat.
Mengapa Pernikahan Perlu Dipersiapkan dan Dibina?
·        Pernikahan merupakan perpaduan dua pribadi yang berbeda. Tidak mudah dalam mmenyatukan dua pribadi yang berbeda latar belakang, watak dan sikap masing-masing. Oleh karena itu pernikahan yang tidak dipersiapkan dan dibina dapat meningkatkan risiko kegagalan.
·        Pernikahan tidak dapat diharapkan langsung berhasil tanpa proses belajar yang dilakukan sebelum maupun sesudah pernikahan itu berlangsung.
·        Pernikahan yang tidak harmonis sering menjadi penyebab utama hubungan orang tua dan anak yang tidak harmonis pula.
·        Perubahan norma,  nilai, dan tatanan hidup dimasyarakat khususnya  di kota besar cenderung mengakibatkan meningkatnya perceraian.
Membina Pernikahan







Hal-hal yang Perlu Dihindarkan dalam Pernikahan
·        Kecenderungan mengutamakan hal-hal yang bersifat jssmaniah atas kebendaan dengan menyampingksn nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan, dan yang bersifat kejiwaan. Perilaku suami istri yang tidak sesuai dengan norma agama mengakibatkan hilangnya keharmonisan dalam pernikahan.
·        Egois atau mementingkan diri sendiri.
·        Ketidaksetiaan yang menyebabkan keluarga menjadi berantakan.
·        Cemburu yang berlebihan dan tidak dapat mempercayai pasangannya. Kecemburuan dapat menimbulkan terganggunya komunikasi karena dapat menyebabkan pihak lain merasa terikat atau tidak bebas.
·        Ketidakstabilan emosi yang dapat menyebabkan terhambatnya proses saling menyesuaikan diri.
·        Harapan-harapan yang tidak mungkin dicapai. Seringkali pasangan yang  memiliki gambaran pasangan yang ideal, ia akan menuntut pasangannya untuk memenuhi harapannya itu.
·        Adanya pihak ketiga atau orang lain yang ikut campur sehingga menggangfu keharmonisan dalam pernikahan.
Sepuluh Petunjuk untuk Istri
1.     Mengungkapkan rasa cinta. Rasa cinta perlu diungkapkan secara tulus setiap saat baik melalui kata-kata (verbal) maupun dari sikap dan perilaku, misalnya kerlingan mata, sentuhan (non verbal).
2.     Hapuskan impian untuk suatu pernikahan yang sempurna. Tidak ada pernikahan yang sempurna karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Pernikahan yang sempurna yaitu yang ideal memenuhi semua kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun kejiwaan, dan sosial. Ketika menerima pernikahan dengan apa adanya, seseorang akan lebih merasa bahagia.
3.     Berusaha memenuhi kebutuhan suami. Selain memenuhi kebutuhsn suami yang bersifat umum dan rutin, istri perlu memiliki kepekaan akan kebutuhan suami yang sifatnya pribadi. Berusahalah untuk memenuhi kebutuhan suami sesuai dengan kemampuan.
4.     Lepaskan ketergantungan pada orang tua. Setelah menikah, pasangan suami istri perlu memisahkan diri dari orang tua baik dalam hal materi maupun emosional.
5.     Berikan pujian dan penghargaan terhadap suami.
6.     Buanglah sifat ingin menguasai. Sifat menguasai berkaitan dengan sifat posesif dan cemburu yang berlebihan. Hal ini menyebabkan suami menjadi jauh dari Anda.
7.     Jangan mengubah suami dengan kritikan. Anda dapat mengungkapkan perasaan Anda tentang sikap atau perbuatan suami yang kurang berkenan dengan “pesan aku”.
8.     Sambutlah suami dengan penuh kasih sayang bukan dengan keluhan atau tuntutan. Tundalah melaporkan berita buruk sampai selesai makan malam. Jika perlu tundalah sampai saat yang tepat untuk menyampaikannya.
9.     Jangan merasa diri sebagai ‘ratu’. Seorang ratu selalu ingin dilayani, menuntut ingin dimengerti, jika keinginannya tidak dipenuhi akan menjadi marah. Jadi bersikaplah dewasa dan buang sifat kekanak-kanakan.
10. Bersabarlah. Bersabar dalam menghadapi berbagai persoalan karena setiap pernikahan tidak terlepas dari persoalan.
Sepuluh Petunjuk Suami
1.     Jadilah pelindung bagi istri. Pada dasarnya seorang wanita ingin selalu dilindungi dan bersandar pada seorang pria. Ia ingin dijunjung dan diperhatikan dengan kelembutan dan kasih sayang.
2.     Perlakukan istri dengan kasih sayang.
3.     Pengurusan rumah tangga sebagai tanggung jawab bersama. Bekerjasamalah dalam mengatur dan mengelola rumah tangga. Anda dapat mengambil bagian yang nampak jantan misalnya memperbaiki rumah. Namun sesekali Anda dapat melakukan pekerjaan yang bersifat kewanitaan seperti memasak, mencuci, dan berbelanja.
4.     Hindari sikap yang selalu menyalahkan istri. Sikap menyalahkan dapat memukul harga diri seseorang. Istri yang terus disalahkan akan menjadi tertekan dan bersikap memusuhi. Anda dapat melakukan teguran yang bersifat membangun, tanpa menyinggung perasaan.
5.     Jangan mengabaikan hal yang kecil. Perhatian suami terhadap hal kecil memiliki arti khusus bagi istri, seperti hari ulang tahun, hadiah kecil, atau peringatan lainnya dapat membuat istri bahagia.
6.     Binalah kebersamaan dengan istri. Anda harus meluangkan waktu bersama istri seperti bercanda, menonton TV bersama, rekreasi, dan sebagainya.
7.     Dengarkan keluhan istri. Istri cenderung mengeluh pada suami. Luangkanlah waktu untuk mendengarkan keluhannya, karena dapat menimbulkan perasaan aman bagi istri.
8.     Kenalilah perubahan suasana hatinya.
9.     Bekerjasamalah dengan istri. Dalam mengambil keputusan, libatkanlah istri karena ia akan merasa dibutukan, dihargai, dan diakui.
10.Hargailah istri sebagai pendamping Anda. Istri bukan wanita yang harus mengurus rumah tangga saja namun juga sebagai pendamping yang patut untuk dibanggakan.

Sumber rujukan:
Suhadi, Aloysius. 2017. Konseling Pernikahan dan Keluarga. Jakarta: UNINDRA.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar