Tuhan menciptakan manusia dengan
berpasang-pasangan. Manusia laki-laki dan perempuan itu saling melengkapi dan
saling membutuhkan satu sama lain,
sehingga mereka mengikatkan diri dalam suatu ikatan yang sakral yang
disebut pernikahan. Ikatan pernikahan ini merupakan janji cinta antara
laki-laki dan perempuan yang sama-sama telah dewasa. Pernikahan menyatukan dua
manusia dewasa laki-laki dan perempuan untuk membentuk rumah tangga yang saling
melengkapi, tolong menolong, saling memberi dan menerima cinta yang sehat, memberi
kesempatan yang unik bagi pria dan wanita untuk mengembangkan diri serta peran
sosialnya masing-masing baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Mengenal Cinta Sejati
Dasar pernikahan yang kokoh yaitu cinta sejati. Ciri-ciri cinta
sejati antara lain:
·
Tanpa pamrih, mencintai
pasangannya tanpa ada maksud tertentu untuk kepentingannya sendiri.
·
Bersedia berkorban, kesediaan menanggung resiko beban pernikahan
untuk kepentingan bersama.
·
Saling memberi dan menerima
cinta dengan senang hati, tanpa banyak
menuntut.
·
Merelakan pasangannya
memiliki kebebasan untuk berkembang, menikmati minatnya, dan mengembangkan
kepribadiannya.
·
Menerima pribadi
pasangannya sebagaimana adanya, tanpa
menuntut pasangannya untuk berubah.
·
Menerima tanggung jawab
dalam suka maupun duka, pada
setiap masalah yang dihadapi dalam pernikahan.
Memilih Pasangan Hidup
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup diantaranya:
·
Faktor agama. Diharapkan calon pasangan memiliki keimanan
dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena hal ini mekanisasi kekikiran
dalam pernikahan.
·
Faktor kepribadian. Kepribadian
yang matang dan bertanggung jawab, yang ditandai dengan kemampuan menyesuaikan
diri dan dapat memberi dan menerima kasih sayang.
·
Faktor kesehatan jiwa.
Dilihat dari emosinya yang stabil, antara lain cukup tenang, tidak mengalami
ketergantungan zat adiktif, minuman keras, rokok, dan tidak sering berganti
pekerjaan. Ia memiliki identitas yang sehat sebagai pria atau wanita.
·
Faktor kesehatan jasmani. Beberapa
penyakit yang perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh dalam kelangsungan
keluarga yang harmonis diantaranya penyakit yang sifatnya menahun (misalnya TBC
kronis), epilepsi, dan penuakit yang dapat ditularkan melalui hubungan seks
seperti AIDS, HIV, sifilis.
·
Faktor umur. Sebaiknya usia suami lebih tua daripada istri
dengan perbedaan 3-6 tahun. Suami yang bih tia akan mempunyai tanggung jawab
dan akan lebih dihormati istrinya. Usia yang baik bagi wanita untuk menikah
20-25 tahun, dan bagi laki-laki 25-40 tahun.
·
Faktor ekonomi. Ekonomi
sering menjadi penghalang dalam hidup berkeluarga, meskipun bukan yang utama. Yang
utama dirimu ialah kesiapan untuk bekerja mencari nafkah.
·
Faktor pendidikan. Yang
utama dirimu bukan latar belakang pendidikan formal atau gelarnya. Tetapi
memilih pasangan yang tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda.
·
Faktor sosial-budaya. Perbedaan
sosial budaya sering menimbulkan prasangka dan kesalahan pajakan. Oleh karena
itu dibutuhkan kematangan kepribadian agar cepat menyesuaikan diri sehingga
dapat menjadi saling pengertian.
·
Faktor latar belakang
keluarga. Latar belaksng keluarga penting untuk diketahui setiap pasangan
terutama dalam keharmonisan orang tua dan pengalaman masa anak-anak. Pasangan dari keluarga yang bahagia memberi
peluang yang besar untuk membina pernikahan yang bahagia juga. Pengalaman dimasa anak-anak dapat mempengaruhi
kestabilan emosinya.
Syarat Kedewasaan dalam Pernikahan
1. Dewasa secara jasmani
Seseorang dikatakan dewasa
secara jasmani saat ia berada dalam masa ‘akil baligh’.
2.
Dewasa secara kejiwaan
Seseorang dikatakan telah
dewasa secara kejiwaan jika ia telah mampu mengembangkan segenap potensi
kejiwaannys seperti pikiran, emosi, dan kejiwaannys secara serasi dan seimbang
sehingga ia mampu menghadapi berbagai persoalan hidup.
3.
Dewasa secara sosial
Seseorang dikatakan dewasa secara sosial
jika ia telah hidup mandiri, tidak bergantung secara sosial-ekonomis pada orang
tuanya dan dapat menyesuaikan diri terhadap kaidah, nilai,
dan norma yang berlaku di masyarakat.
Mengapa Pernikahan Perlu Dipersiapkan dan Dibina?
·
Pernikahan merupakan
perpaduan dua pribadi yang berbeda. Tidak mudah dalam mmenyatukan dua pribadi yang
berbeda latar belakang, watak dan sikap masing-masing. Oleh karena itu
pernikahan yang tidak dipersiapkan dan dibina dapat meningkatkan risiko
kegagalan.
·
Pernikahan tidak dapat
diharapkan langsung berhasil tanpa proses belajar yang dilakukan sebelum maupun
sesudah pernikahan itu berlangsung.
·
Pernikahan yang tidak
harmonis sering menjadi penyebab utama hubungan orang tua dan anak yang tidak
harmonis pula.
·
Perubahan norma, nilai, dan tatanan hidup dimasyarakat
khususnya di kota besar cenderung
mengakibatkan meningkatnya perceraian.
Membina
Pernikahan
Hal-hal yang Perlu Dihindarkan dalam Pernikahan
·
Kecenderungan mengutamakan
hal-hal yang bersifat jssmaniah atas kebendaan dengan menyampingksn nilai-nilai
keagamaan, kemasyarakatan, dan yang bersifat kejiwaan. Perilaku suami istri
yang tidak sesuai dengan norma agama mengakibatkan hilangnya keharmonisan dalam
pernikahan.
·
Egois atau mementingkan
diri sendiri.
·
Ketidaksetiaan yang
menyebabkan keluarga menjadi berantakan.
·
Cemburu yang berlebihan dan
tidak dapat mempercayai pasangannya. Kecemburuan dapat menimbulkan terganggunya
komunikasi karena dapat menyebabkan pihak lain merasa terikat atau tidak bebas.
·
Ketidakstabilan emosi yang
dapat menyebabkan terhambatnya proses saling menyesuaikan diri.
·
Harapan-harapan yang tidak
mungkin dicapai. Seringkali pasangan yang
memiliki gambaran pasangan yang ideal, ia akan menuntut pasangannya
untuk memenuhi harapannya itu.
·
Adanya pihak ketiga atau
orang lain yang ikut campur sehingga menggangfu keharmonisan dalam pernikahan.
Sepuluh Petunjuk untuk Istri
1.
Mengungkapkan rasa
cinta. Rasa cinta perlu diungkapkan secara tulus setiap saat baik melalui
kata-kata (verbal) maupun dari sikap dan perilaku, misalnya kerlingan mata,
sentuhan (non verbal).
2.
Hapuskan impian
untuk suatu pernikahan yang sempurna. Tidak ada pernikahan yang sempurna karena
pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Pernikahan yang sempurna yaitu
yang ideal memenuhi semua kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun kejiwaan, dan
sosial. Ketika menerima pernikahan dengan apa adanya, seseorang akan lebih
merasa bahagia.
3.
Berusaha memenuhi
kebutuhan suami. Selain memenuhi kebutuhsn suami yang bersifat umum dan rutin,
istri perlu memiliki kepekaan akan kebutuhan suami yang sifatnya pribadi. Berusahalah
untuk memenuhi kebutuhan suami sesuai dengan kemampuan.
4.
Lepaskan ketergantungan
pada orang tua. Setelah menikah, pasangan suami istri perlu memisahkan diri
dari orang tua baik dalam hal materi maupun emosional.
5.
Berikan pujian dan
penghargaan terhadap suami.
6.
Buanglah sifat ingin
menguasai. Sifat menguasai berkaitan dengan sifat posesif dan cemburu yang
berlebihan. Hal ini menyebabkan suami menjadi jauh dari Anda.
7.
Jangan mengubah
suami dengan kritikan. Anda dapat mengungkapkan perasaan Anda tentang sikap
atau perbuatan suami yang kurang berkenan dengan “pesan aku”.
8.
Sambutlah suami
dengan penuh kasih sayang bukan dengan keluhan atau tuntutan. Tundalah melaporkan
berita buruk sampai selesai makan malam. Jika perlu tundalah sampai saat yang
tepat untuk menyampaikannya.
9.
Jangan merasa diri
sebagai ‘ratu’. Seorang ratu selalu ingin dilayani, menuntut ingin dimengerti,
jika keinginannya tidak dipenuhi akan menjadi marah. Jadi bersikaplah dewasa
dan buang sifat kekanak-kanakan.
10. Bersabarlah.
Bersabar dalam menghadapi berbagai persoalan karena setiap pernikahan tidak
terlepas dari persoalan.
Sepuluh Petunjuk Suami
1.
Jadilah pelindung
bagi istri. Pada dasarnya seorang wanita ingin selalu dilindungi dan bersandar
pada seorang pria. Ia ingin dijunjung dan diperhatikan dengan kelembutan dan
kasih sayang.
2.
Perlakukan istri
dengan kasih sayang.
3.
Pengurusan rumah
tangga sebagai tanggung jawab bersama. Bekerjasamalah dalam mengatur dan
mengelola rumah tangga. Anda dapat mengambil bagian yang nampak jantan misalnya
memperbaiki rumah. Namun sesekali Anda dapat melakukan pekerjaan yang bersifat
kewanitaan seperti memasak, mencuci, dan berbelanja.
4.
Hindari sikap yang
selalu menyalahkan istri. Sikap menyalahkan dapat memukul harga diri seseorang.
Istri yang terus disalahkan akan menjadi tertekan dan bersikap memusuhi. Anda dapat
melakukan teguran yang bersifat membangun, tanpa menyinggung perasaan.
5.
Jangan mengabaikan
hal yang kecil. Perhatian suami terhadap hal kecil memiliki arti khusus bagi
istri, seperti hari ulang tahun, hadiah kecil, atau peringatan lainnya dapat
membuat istri bahagia.
6.
Binalah kebersamaan
dengan istri. Anda harus meluangkan waktu bersama istri seperti bercanda,
menonton TV bersama, rekreasi, dan sebagainya.
7.
Dengarkan keluhan
istri. Istri cenderung mengeluh pada suami. Luangkanlah waktu untuk
mendengarkan keluhannya, karena dapat menimbulkan perasaan aman bagi istri.
8.
Kenalilah perubahan
suasana hatinya.
9.
Bekerjasamalah dengan
istri. Dalam mengambil keputusan, libatkanlah istri karena ia akan merasa
dibutukan, dihargai, dan diakui.
10.Hargailah
istri sebagai pendamping Anda. Istri bukan wanita yang harus mengurus rumah
tangga saja namun juga sebagai pendamping yang patut untuk dibanggakan.
Sumber rujukan:
Suhadi, Aloysius. 2017. Konseling Pernikahan dan Keluarga. Jakarta:
UNINDRA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar